Training LTE di Singapura

Oleh: Hazim Ahmadi

Desember 2011 yang lalu saya mendapat tugas dari perusahaan tempatku bekerja untuk mengikuti Training the Long Term Evolution (LTE) dalam perencanaan dan desain jaringan di Singapura, negara tetangga muda kita. Jarak pemberitahuan training Informa Certified LTE Radio Planning & Optimization dengan waktu pelaksanaannya termasuk cepat karena hanya satu minggu. Untungnya jadwal ujian S3 di ITB sudah selesai untuk semester itu.

Tidak seperti di perusahaan swasta, di perusahaan saya tidak mengurusi akomodasi hotel, flight dan perizinannya kecuali pembayaran training ke penyelenggara, Telecom Academy dari UK. Untung ada flight direct dari Bandung ke Singapura dengan Air Asia di Bandung. Hotel dengan mudah dapat dipesan via Internet dan menggunakan Expedia.

Peserta training ini cuma tujuh orang yang berasal dari tujuh negara yang berbeda pula, yaitu Jay (Australia), saya (Indonesia), Ahmed (Saudi Arabia), Lee (Singapura), Mas ud (Republik Islam Iran), Kim (Korea Selatan) dan Jun Baysa (Philipina). Sedang instrukturnya dari Informa Telecom UK cuma satu orang, yaitu David dari London. Lucu juga ya dalam satu ruangan ada delapan orang dengan kebangsaan yang berbeda.

Training ini dilaksanakan di Hotel Novotel, Clarke Quay, dekat dengan Marina Bay. Resiko ke Singapura adalah hotelnya relatif mahal dibanding di Indonesia, Thailand dan Malaysia. Hotel seharga 100s USD hanya dapat kamar 2×4, tanpa jendela, dan tanpa akses Internet. Malah kayaknya hotel ini seperti ruko-ruko di Indonesia yang dijadikan hotel loh, saudara-saudara.

LTE adalah teknologi yang sebenarnya digadang-gadang sebagai kandidat teknologi bergerak Generasi Keempat (4G) yaitu yang mampu men-deliver data dengan kecepatan 1 Gbps pada saat kondisi berjalan. Untuk teknologi LTE Rel.8 yang standarnya di freez pada 2010 hanya mampu mengirimkan data hingga 100 Mbps pada saat bergerak. Cakupan layanan jaringan LTE menurun drastis seiring dengan menjauhnya pengguna dari base station. Modulasi yang digunakan berganti dari 64QAM ke 16QAM ke QPSK karena kualitas sinyal menurun.

Kesimpulan awal adalah kemungkinan jaringan LTE nantinya tidak menggunakan macro cell seperti yang terjadi pada 2G dan 3G tetapi menggunakan jaringan micro cell seperti femto cell, micro cell atau metro cell. Bisa jadi WiFi offload juga masih digunakan meskipun jaringan LTE berkembang. Atau malah sebaliknya jaringan LTE terkendala berkembang karena maraknya penggelaran WiFi.

 

Di Singapura sendiri sudah implementasi layanan WiFi dengan nama “wireless.sg” yang tersedia di cafe, restaurant dan public area. Saya sempat nyoba dengan nomor SingTel, tapi karena gratisan leletnya minta ampun.