Jalur Cimahi-Bandung Utara Putus

Oleh: Hazim Ahmadi

Tidak seperti biasanya, perjalanan dari kantor ke rumah yang dapat ditempuh tidak lebih dari 25 menit, ternyata memakan waktu lebih dari 2,5 jam. Itu terjadi pada hari Senin, 5 April 2010 dari jam 1730 sampai dengan jam 2030 di wilayah Bandung bagian utara barat, yaitu jalur dari Gegerkalong menuju Cimahi. Penyebabnya adalah jalan turunan dari Ciwaruga menuju tanjakan Sariwangi longsor karena banjir sehingga tidak dapat dilewati kendaraan. Padahal trafik lalu lintar di jalur ini sangat padat di pagi dan sore hari. Para komuter yang tinggal di wilayah Cihanjuang, Cimahi dan Bandung Barat lebih sering menggunakan jalur ini karena merupakan jalur terpendek menuju kota Bandung utara.

Selain jalur tersebut, untuk mencapai kota Cimahi dari Bandung Utara dapat ditempuh melalui jalan alternatif melalui perumahan elit Setra Duta, Koprima dan kemudian masuk ke Jalan Pesantren. Alternatif terakhir yaitu dari perumahan Setra Duta melalui perumahan Guru Militer (Gumil) kemudian masuk ke Jalan Pesantren atau Blok C di Jalan Cihanjuang. Dari Jalan Pesantren dan Cihanjuang ini para pengendara dapat langsung masuk ke Jalan Cibabat-Cimahi untuk meneruskan tujuan baik ke Barat atau ke Selatan.

Rupanya jalur utama dari Cihanjuang – Sariwangi – Ciwaruga – Gegerkalong Hilir terputus mengakibatkan semua trafik dialihkan ke kedua jalur alternatif tadi. Padahal salah satu jalur alternatif yaitu Setra Duta – Koprima juga terkena banjir yang parah sehingga tidak bisa dilewati kendaraan. Jadilah semua kendaran masuk ke alternatif terakhir melalui Gumil. Macet ini diperparah oleh pengendara motor yang saling serobot dan tidak disiplin plus beberapa kendaraan warga yang diparkir di pinggir jalan.

Lewat media Flexi Milist (layanan SMS broadcast dari Telkom Flexi) saya dapat membaca berbagai berita yang disebarkan teman-teman mulai, informasi pilih jalur, info anaknya diturunin dari angkot oleh sopir, sampai yang nanya kamu sampai dimana. Lumayan menghibur dan informatif. Saya berpikir seharusnya pemerintah daerah belajar dari orang Telco yang biasa merancang rute lalu lintas dengan metode redundansi dan alternatif ruting. Bagaimana mereka merancang jalan sehingga bila suatu jalur terputus ada alternatif jalan dan dapat mengurai kemacetan. Karena transportasi jalan mirip dengan transportasi di sistem telekomunikasi.

Terjebak macet di Jalan Pesantren yang jarak dari perumahan Fajar Raya di mana kami tinggal tidak lebih dari 1 km, sebetulnya tidak terlalu masalah bila, sudah shalat maghrib, lampu indikator bahan bakar tidak blinking (berkedip-kedip) tanda E, dan tidak membawa anak kecil yang ingin segera cepat sampai di rumah. Tapi itu semua belum terlalu mengkhawatirkan bila dibanding ternyata anak saya (22 bulan) sudah eek di celana, walaupun masih pakai diaper. Emmm……